Mengaplikasikan Bioteknologi Konvensional pada Pembuatan Tape dari Singkong dan Ketan
Pada kelas 9, kita mempelajari bioteknologi di mata pembelajaran Biologi. Di sini kami melakukan praktikum untuk membuat tape dari bahan singkong dan ketan untuk pengamatan perkembangan jamur Saccharomyces cerevicae yang dihasilkan oleh ragi.
Membuat PPT tentang Blog
Pada kelas 9, kita mempelajari blog di mata pelajaran teknologi Informatika. Kita ditugaskan untuk mencari informasi mengenai blog melalui internet dan merangkumnya pada sebuah PPT.
Membuat dan Membacakan Secara Impromptu Teks Pidato Persuasif
Pada kelas 9, kita ditugaskan untuk membuat pidato persuasif dan membacakannya secara Impromptu
Nama: Alfan Rojulul Yamini
Kelas: IX I
No. Presensi: 2
Pidato Persuasif
Menghadapi Bullying sebelum Indonesia Emas 2045
Assalamualaikum Wr. Wb,
Yth. Ibu Hindrawati, S. Pd. Selaku guru bahasa Indonesia dan wali kelas 9I beserta teman-teman kelas 9I yang saya banggakan.
Sebelum saya memulai pidato hari ini, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat serta karunia-Nya kita bisa hadir dan berkumpul pada pagi cerah ini dalam keadaan sehat walafiat. Tidak lupa salawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi akhirul zaman, Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya, yang selalu umat muslim nantikan syafaatnya kelak di hari kiamat.
Hari ini saya Alfan Rojulul Yamini akan menyampaikan pidato mengenai salah satu kenakalan remaja, yakni perundungan atau biasa kita kenal dengan bullying. Masalah yang harus kita selesaikan sebelum memasuki masa emas Indonesia, yakni Indonesia Emas 2045. Dimana pada masa ini generasi muda yang akan mengambil peran dalam perkembangan negara Indonesia.
Bullying, kata yang tidak asing bukan? Rasaya sudah menjadi tradisi di Indonesia, sudah sering kita dengar berita bullying dimana-mana. Bullying merupakan permasalahan serius yang melekat dibudaya masyarakat Indonesia, baik itu perundungan verbal dan non verbal.
Bullying bahkan bisa terjadi dimana saja, siapa saja, dan kapan saja. Mungkin hadirin yang ada disini pernah membully atau menjadi korban bullying. Terutama di lingkungan sekolah, bisa terjadi pada antar murid, antar guru, ataupun guru dengan murid.
Bentuknya pun bermacam-macam, bisa dengan memposting foto korban dengan ejekan ke sosmed, mengatai dengan kata-kata yang tidak pantas, pengucilan, penindasan fisik ataupun mental, dan sebagainya.
Coba kita lihat dari perspektif korban. Seharusnya, Sekolah merupakan tempat kita menimba ilmu dari buku ataupun guru. Sekolah menjadi tempat pengembangan kemampuan bersosialisasi kita, kita mengasah rasa empati, hormat, dan tanggung jawab.
Namun, dengan adanya bullying, sekolah menjadi tempat yang mengerikan dan menakutkan. Berangkat sekolah rasanya sudah sangat berat, apalagi harus bertemu dengan teman-temannya dan lebih parahnya jika gurunya hanya menganggap perlakuan teman-temannya adalah sekedar candaan antar murid. Bagaimana kita bisa mengasah potensi kemampuan yang ada di diri kita jika tempat yang kita untuk mengasah saja tidak kondusif?
Bullying akan menyebabkan masalah serius untuk kedepannya bagi korban. Korban akan merasakan akan trauma hingga pada beberapa korban hingga kehilangan nyawa. Sangat disayangkan pemahaman masyarakat tentang bullying sangatlah rendah, sehingga korban kesulitan untuk mencari pertolongan. Di sini saya tegaskan, bahwa Bullying bukan hal candaan atau permainan!
Kita sebagai warga sekolah seharusnya bisa menciptakan lingkungan sekolah menjadi lingkungan yang kondusif, nyaman dan aman. Dimana kita bisa mengasah kemampuan akademik maupun non akademik dari diri kita semaksimal mungkin, tempat dimana kita bisa berteman tanpa mencemaskan apapun, dan tempat untuk mengasah rasa empati, hormat dan tanggung jawab. Marilah kita membuat sekolah kita yang berlabel “sekolah ramah anak” ini menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar label dari pemerintah saja. Kita sebagai generasi yang akan ikut berkontribusi pada Indonesia Emas 2045, harus bisa mengurangi dan memusnahkan bullying dalam budaya Indonesia.
Baik dari saya cukup, sekian dari pidato saya. Maaf bila ada kata-kata yang kurang pantas, Sekian Terimakasih. Wassalamualaikum wr. Wb.
Membuat puisi
Pada kelas 8, kita membuat puisi di mata pelajaran Seni Budaya.
Menganalisis Kandungan pada Beberapa Makanan melalui Cairan Reagen
Pada kelas 8, kita mempelajari sistem pencernaan pada manusia di mata pelajaran biologi. Di sini kami melakukan praktikum untuk pengamatan perubahan beberapa cairan reagen ketika dituangkan pada beberapa makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lipid.
Membuat poster tentang bahaya merokok
Pada kelas 8, kita membuat poster tentang bahaya merokok sebagai bentuk pencegahan merokok.
Mengamati Pesawat Sederhana di Kehidupan Sekitar
Pada kelas 8, kita mempelajari tentang pesawat sederhana di mata pelajaran Fisika. Kita ditugaskan untuk mengamati pesawat sederhana yang ada di sekitar kita dan menuliskan dalam bentuk laporan.
Menarikan Tari Baladewa dan Membuat Jamang sebagai Media Pelestarian Budaya dan Sarana Penyaluran Kreatifitas Siswa
Pada kelas 8, kita menarikan tari Baladewa dan membuat Jamang sebagai properti tari Baladewa di mata pelajaran Seni Budaya.
Membuat dan mempraktikkan drama "Perjalanan Waktu ke Dinasti Joseon"
Pada kelas 8, kita membuat dan mempraktikkan drama "Perjalanan Waktu ke Dinasti Joseon" di mata pelajaran Bahasa Indonesia.
NASKAH DRAMA
“Perjalanan Waktu ke Dinasti Joseon”
Kelas 8J Tahun Pelajaran 2023/2024
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.
Alfan Rojulul Yamini (03) Sebagai Author dan Narrator Drama
2.
Maychielo Dieniswanda (15) Sebagai Jo Jung Kyun dan Choi Chi yeol
3.
Mutiara Choirunnisa Ahita (21) Sebagai Park Soo
4.
Mutiara Hamida Ika Putri (22) Sebagai Kim
Dae Hwan
5.
Myesha Naomi Putrantiwi (23) Sebagai Ibu
Arnold, Lee Bo-ra, dan Ryu Hwa Il
6.
Ahmad Azzam Azizi (32) Sebagai Arnold, Bae
Eun Ji, dan Jo Jung I
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 DEMAK
JL. Sultan Fatah No.48 Telp/Fax. (0291) 685365 Demak 59511
Perjalanan Waktu ke Dinasti Joseon
Dibuat oleh: Alfan Rojulul Y.
Babak I
Pada sore
menjelang malam, seorang hakim terkenal di kota
bernama Arnold baru saja pulang dari kantornya. Kondisi Arnold sangat kelelahan,
dia bahkan berjalan sambil menutup mata.
Arnold: (Membuka pintu)
Arnold: (Meregangkan badan)
Arnold: “Aku capek banget ya tuhan!”
Arnold: “Entah
mengapa hari ini begitu berat. Oh iya, aku mengangani 5 kasus pembunuhan
berencana ya, dan semuanya menggunakan racun sianida.”
Arnold: “Haha,
dunia memang sudah gila.” (Menghela nafas kecewa)
Arnold: “Lebih
baik aku tidur saja."
Arnold:
(Berjalan)
Arnold: (menendang buku) “Buku siapa sih! Sejarah-Dinasti-Joseon?
Ini kan buku sejarahku waktu aku SMA.”
Arnold: “Sudah lama sih aku tidak mempelajarinya
lagi. Terakhir kali aku mendapat nilai A+ dengan mudahnya dipelajaran ini.”
Arnold: “Aku
ingin membacanya lagi deh, mengingat kembali materi yang dulu kupelajari.”
Arnold: (Membuka buku) “Aduhh buku yang sangat
berdebu!” (Batuk)
Arnold:
“Sebentar... kenapa aku merasa sangat pusing?”
Arnold: “A-aku
kan......”
Arnold: (Terjatuh ke lantai)
Babak II
Seketika Arnold tersungkur dan terjatuh ke lantai. Kemudian, Arnold terbangun
namun anehnya Arnold bangun di sebuah kasur yang
empuk dan ada seseorang
disamping.
Kim Dae Hwan: (Bangun terkejut)
Park Soo: (Terkejut) “Ratu, mengapa terbangun? Ini
masih tengah malam.”
Kim Dae
Hwan: (Kebingungan) “Lho, kamu siapa ada dikamarku!”
Park Soo: “Ratu melupakanku? Tega sekali sih! Aku Park
Soo! Aku yang mendampingimu sejak kamu kecil!”
Kim Dae Hwan: “Park Soo?”
Kim Dae
Hwan: “Jangan-jangan...”
Kim Dae
Hwan: “Ini Zaman Joseon? Dan kamar ini seperti kamar kediaman ratu!”
Kim Dae
Hwan: (Terkejut) “Berarti aku adalah Kim Dae Hwan!”
Kim Dae
Hwan: “Ah sial... Aku terjebak dalam buku itu”
Kim Dae
Hwan: “Ayo sadarlah ini pasti mimpi!” (Memukul-mukul kepala)
Park Soo: “Ratu
baik-baik saja? Kamu minum berapa gelas soju tadi? Kamu nampak mabuk berat.”
Kim Dae
Hwan: “Aku baik-baik saja....” (Nada mengantuk)
Kim Dae
Hwan: (menguap) “Ah sudahlah! masih malam, aku tidur lagi saja.”
Park Soo: “Selamat
malam ratu, semoga tidur nyenyak.”
Kim Dae
Hwan: (Tertidur)
Babak III
Pagi hari
pun tiba, matahari menyinarinya. Arnold terbangun dan baru menyadari bahwa dia
masih terjebak di zaman Joseon.
Kim Dae Hwan: (Bangun)
Kim Dae
Hwan: (Meregangkan badan) “Hoaam....” (Menguap)
Kim Dae
Hwan: (Melihat cermin) “Kenapa...aku menjadi...perempuan..di kaca ini?” (Nada
mengantuk)
Kim Dae Hwan: (Bangun dari Kasur)
Kim Dae
Hwan: (Melihat sekeliling)
Kim Dae Hwan: “Ah sial aku masih ada di sini! Bagaimana
caranya aku keluar dari mimpi ini?”
Park Soo: (Membuka kamar ratu) “Selamat pagi ratu!
Ini kubawakan sup hangat yang terbaik di kerajaan ini, yang dibuat oleh koki
kerajaan!”
Kim Dae Hwan: “Wow menarik. Letakkan saja di dekat
kasurku.” (menunjuk ke dekat kasur)
Park Soo: “Ayolah makan dulu ratu! Sup ini lebih enak
disantap selagi hangat.”
Kim Dae
Hwan: (Menghela nafas) “Iya-iya aku makan saja deh. Kebetulan aku lapar juga.”
Kim Dae Hwan: (Duduk)
Kim Dae Hwan: (Mengambil sesendok)
Kim Dae
Hwan: (Mengendus-endus)
Kim Dae
Hwan: “Ini sup jagung kan? Mengapa berbau almond yang sanagt menyengat.”
Park Soo:
“Makan saja ratu. Sup ini mengandung kaldu ayam yang gurih, dibuat dengan ayam
pilihan!”
Kim Dae
Hwan: (Membanting sendok) “Soo, tolong ambilkan segelas air!”
Park Soo: “Ah,
baiklah ratu!”
Park Soo: (Keluar
Kamar)
Kim Dae
Hwan: “Park Soo apakah ingin membunuhku? Bau almond yang menyengat dari sup ini
sangat mencurigakan, apakah isinya sianida?”
Park Soo: (Masuk kamar) “Ini air untukmu ratu!” (Meletakkan
di meja)
Kim Dae
Hwan: “Park Soo....”
Kim Dae
Hwan: “Apakah kau ingin membunuhku!” (Nada meninggi)
Park Soo: “Permisi!
Maksud ratu apa ya? Ratu memiliki dasaran apa menuduhku seperti itu! Tega
sekali kamu!” (Nada meninggi)
Kim Dae Hwan: “Aku hampir saja memakan sup beracun ini. Sup
ini jelas-jelas berbau almond yang menyengat! Apakah kau menaruh racun pada
makananku!” (Nada meninggi)
Park Soo:
“Tega sekali sih kamu ratu! Kamu kemarin melupakanku, sekarang kamu menuduhku!”
(Nada meninggi)
Park Soo:
(Berdiri)
Park Soo:
(Membanting Pintu)
Kim Dae
Hwan: “Sebentar, apa yang ingin meracuniku adalah koki kerajaan? Dia kan yang
memasak sup ini!”
Kim Dae
Hwan: “Aku harus bergegas ke dapur kerajaan!” (Berdiri)
Babak IV
Kim Dae Hwan
pun bergegas pergi ke dapur kerajaan dengan perasaan marah. Sesampainya disana,
Kim Dae Hwan bertemu dengan asisten koki yakni Choi Chi Yeol.
Kim Dae
Hwan: (Membuka Pintu)
Choi Chi
yeol: “Oh, selamat pagi ratu! Ada keperluan apa di sini?”
Kim Dae
Hwan: (Kelelahan setelah berlari) “Oh ya... Choi Chi yeol, aku ingin bertemu
dengan Ryu Hwa-Il.”
Ryu Hwa Il:
“Ah selamat pagi ratu! Ada keperluan apa didapur?”
Kim Dae
Hwan: (Menampar)
Kim Dae
Hwan: “Maksud kamu apa menambahkan racun dimakananku!”
Ryu Hwa Il:
(Berputar-putar lalu terjatuh)
Ryu Hwa Il:
“Aw sakit! Maksud ratu apa!” (Nada meninggi)
Kim Dae
Hwan: “Pakai nanya lagi! Kenapa dimakananku ada racun?”
Ryu Hwa Il:
“Apa dasaran ratu menuduhku seperti itu!” (Nada meninggi)
Kim Dae
Hwan: “Ya Hwa Il, kau iri dengan jabatanku? Atau dengan ku?” (Tertawa)
Ryu Hwa Il:
“Kalau memang iya, kenapa? Masalah kah?”
Kim Dae
Hwan: “Dasar jalang pembunuh gila! Itu suamiku! (Nada meninggi)
Kim Dae
Hwan: “Kau lebih baik mencari lelaki diluar kerajaan sana! Yang selevel sama kastamu!”
(Nada meninggi)
Ryu Hwa Il:
(Memukul) “Apakah dengan mengundangku jalang pembunuh sopan? Apakah dengan
merendahkanku termasuk perilaku sopan sebagai seorang ratu?”
Kim Dae
Hwan: “Ashhh, Ya! Oh gitu caramu, tunggu saja pembalasanku!”
Ryu Hwa-Il:
“Baik aku tunggu saat itu tiba.”
Kim Dae
Hwan: (Banting pintu)
Babak V
Setelah dari
dapur kerajaan, Kim Dae Hwan keluar dengan hati yang memanas dan luka di
pipinya. Ketika dia ingin kembali ke kamarnya, dia bertemu dengan Park Soo.
Kim Dae
Hwan: (Menggerutu) “Ashhh.... sakit banget sih pukulannya. Dasar jalang gila!
Aku akan pastikan dia akan merasa bersalah seumur hidupnya!” (Berbicara
sendiri)
Park Soo:
(Melewati depan ratu)
Kim Dae
Hwan: “Ya! Park Soo!”
Park Soo: (Menoleh)
Park Soo: “Apa
lagi ratu...” (Nada kesal)
Kim Dae
Hwan: “Ayolah Soo, Maafkan aku karena telah menuduhmu, ternyata benar Ryu
Hwa-Il yang berusaha membunuhku bukan kamu. Dia sampai berani memukul wajahku!”
(Terduduk meminta maaf)
Park Soo: “Tidak
apa ratu. Tapi lihat lukamu! Itu terlihat sakit.”
Kim Dae
Hwan: “Ah lupakan saja luka ini, tapi tolong maafkan aku Park Soo!”
Park Soo:
“Iya ratu, tidak apa-apa. Aku juga telah mencurigai gerak gerik Ryu Hwa-Il sejak
kemarin saat membuatkan sarapanmu sangat aneh.”
Kim Dae
Hwan: “Aneh bagaimana?”
Park Soo:
“Aku pikir dia sudah gila setelah mendengar dia tertawa terbahak-bahak saat
menyiapkan makananmu kemarin. Aku juga mendengar, bahwa dia ingin membunuhmu
dan menjadi selir raja.”
Kim Dae
Hwan: “Apa! Ini sudah keterlaluan! Aku akan melapor raja sekarang juga!”
Kim Dae
Hwan: “Terimakasih Soo.”
Park Soo:
“Iya ratu.”
Babak VI
Setelah Park
Soo memberi tahu semuanya, Kim Dae Hwan pun bergegas untuk mengunjungi raja di
kediamannya. Dengan rasa amarah yang membara, dia ingin mengungkapkan semua
yang dia ketahui kepada raja.
Kim Dae
Hwan: (Mengetuk Pintu)
Jo Jung
Kyun: “Masuklah!”
Kim Dae
Hwan: (Masuk Ke kediaman Raja)
Bae Eun Jin:
“Selamat siang ratu!”
Bae Eun Jin:
(Keluar kamar)
Jo Jung
Kyun: “Ratuku, ada apa kemari? Sebentar, kenapa diwajahmu ada luka?”
Kim Dae
Hwan: “Itu sebabnya! Aku ingin mengganti koki kerajaan saja!”
Jo Jung
Kyun: “Mengapa? Ada apa dengan koki kerajaan?”
Kim Dae
Hwan: “Dia memukulku dan hampir saja meracuniku! Ash dasar jalang pembunuh
gila! Dia benar-benar membuatku naik pitam!”
Jo Jung
Kyun: “Apa?! Dia berani melukai ratuku!”
Jo Jung
Kyun: “Ini keterlaluan! Apakah dia mau mati? Baiklah aku akan membahas ini pada
rapat keluarga malam ini.”
Kim Dae
Hwan: “Baguslah kalau begitu! Aku sudah kesal dan sudah muak dengannya!”
Babak VII
Malam pun
tiba. Raja, ratu dan keluaga raja berkumpul untuk membahas masalah di kerajaan
dan Nasib kerajaan kedepannya.
Semua:
(Ramai)
Jo Jung-I:
“Selamat malam semua!”
Semua:
(Diam)
Jo Jung I: “Pada
rapat ini kita akan membahas beberapa masalah yang muncul dikerajaan.”
Jo Jung-I:
“Pertama, masalah perairan di kerajaan kita.”
Jo Jung-I:
“Sungai dan sumur kita kekeringan dan air di kerajaan kita terbatas!”
Lee Bo-ra: “Bagaimana
kalau kita mengalirkan dari sungai sebelah. Disitu banyak sekali airnya”
Jo Jung-I:
“Ide bagus!”
Jo Jung-I:
“Baik, jadi yang kedua ad...”
Jo Jung
Kyun: (Memotong pembicaraan) “Yah, bagaimana membahas tentang konflik yang
terjadi pada ratu dan koki kerajaan kita.”
Jo Jung-I:
“Maksudmu? Ada apa dengan koki terbaik kita?
Jo Jung
Kyun: “Dia memukul ratu dan hampir saja meracuni ratu.”
Semua: (Kaget)
Lee Bo-ra: “Apa! Ratuku ini dipukul dan hampir diracuni
koki kerajaan? Berani sekali dia!”
Jo Jung-I: “Tenang Semua! Apakah benar semua itu ratu.”
Kim Dae Hwan: “Aku tidak bisa berkata-kata. Aku mencium
bau sup itu seperti bau racun sangat kuat yang hampir saja membunuhku pagi ini.
Aku mendengar dari Soo bahwa Ryu Hwa Il ingin menyingkirkanku. Aku juga dipukul
bagian wajahku!”
Jo Jung-I: “Lukamu terlihat parah. Apakah benar itu
Park Soo?”
Park Soo: “Itu benar! Aku mendengarkan langsung dari
dapur dan gerak-geriknya sangat aneh!”
Jo Jung-I: “Baiklah! Semua sudah jelas. Rapat ini
telah selesai! Besok akan saya putuskan untuk menghukum Ryu Hwa Il
seberat-beratnya!”
Babak VIII
Pagi hari
pun tiba. Semua anggota kerajaan berkumpul untuk menghadiri pertemuan kerajaan
yang dilakukan setiap pagi, namun pada pertemuan kerajaan kali ini berbeda.
Kali ini pertemuannya membahas tentang perencanaan pembunuhan koki kerajaan
terhadap ratu.
Semua:
(Ramai)
Jo Jung-I:
“Selamat pagi semua!”
Semua:
(Diam)
Jo Jung-I: “Pada
pagi ini aku kumpulkan kalian dilapangan kerajaan karena kalian tahu, koki
terbaik kerajaan kita hampir saja meracuni ratu kita!”
Semua:
(Terkejut)
Jo Jung-I:
“Pertama kita akan mendengarkan pengakuan dari sisi korban terlebih dahulu.”
Kim Dae
Hwan: “Baik yang mulia, saya sebagai korban sesungguhnya sangat kaget. Koki terbaik
kerajaan bisa-bisanya memukulku dan mempunyai rencana membunuhku dengan racun.”
Jo Jung-I:
“Baik, mari kita dengar dari sisi pelaku.”
Ryu Hwa Il:
“Itu tidak benar yang mulia, Ratu yang memulai semua itu! Lagian dia tidak
punya bukti untuk memperkuat tuduhannya!”
Kim Dae
Hwan: “Semua bukti sudah jelas! Park Soo pun telah tau semua!”
Park Soo:
“Benar! Aku sudah mendengar bahwa kau ingin meracuni putri dan ingin menjadi
selir raja! Bau almond dari sup saat itu pun sangat menyengat!”
Ryu Hwa Il:
“Tuduhan apa itu! Aku tidak pernah punya rencana seperti itu.”
Ryu Hwa il:
“Lagian yang mulia, aku yang sebenarnya korban disini. Aku tiba-tiba ditampar
tanpa alasan di dapur. Itu sebabnya awal konflik ini dimulai.”
Kim Dae
Hwan: “Itu karena kau sudah bertingkah keterlaluan!”
Kim Dae
Hwan: “Sudahlah menyerah saja! Bukti dan saksi sudah berkata yang sebenarnya.
Luka dipipiku ini pun membuktikannya!”
Ryu Hwa Il:
“Itu bisa saja ratu buat-buat! Aku sebenarnya disini korbannya yang mulia!”
Jo Jung-I:
“Diam!”
Jo Jung-I: “Jadi,
Apa motif dari pembunuhanmu Hwa Il?”
Ryu Hwa Il:
“Maksud yang mulia apa? Aku disini korban!”
Jo Jung-I:
“Ya, Ryu Hwa Il! Jawab pertanyaanku. Motif kau meracuni ratu apa?
Ryu Hwa-Il:
“hhh... baiklah aku menyerah saja”
Ryu Hwa Il:
“Iya tuduhan ratu dan saksi dari Park Soo memang benar. Aku menyukai raja dan
ingin menyingkirkan ratu. Jadi dengan racun sianida yang aku tambahkan kedalam
sup jagung, aku berharap ratu mati. Dengan begitu aku bisa hidup tenang dengan
raja.”
Semua:
(Terkejut)
Jo Jung Kyun:
“Walaupun kau membunuh ratuku, aku juga ogah dengan rakyat rendahan sepertimu!
Kita beda kasta ya!” (Nada meninggi)
Jo Jung-I: “Diam
semua!”
Jo Jung-I:
“Baik semua sudah jelas. Pelaku pun telah mengakui kesalahnnya! Berdasarkan peraturan
kerajaan, sebenarnya kau harus dihukum mati. Tapi dengan kau mengakui kesalahanmu,
hukumanmu diperingan menjadi hukuman penjara seumur hidup dan diturunkan dari
jabatanmu serta tidak boleh memasuki Kawasan kerajaan. Begitu pula keturunanmu!
Kim Dae
Hwan: “Rasakan itu! Hukuman itu sepantas apa yang dia perbuat.”
Ryu Hwa Il:
“Tidakk....”
Ryu Hwa Il:
“Ah sial semua rencanaku gagal dan sekarang harus mendiam di penjara.
Babak IX
Pada
akhirnya Ryu Hwa Il menghabiskan masa hidupnya di penjara kerajaan seumur hidup
dan ratu pun merasa puas dengan hasil sidang. Sehabis sidang, ratu pun hanya
berbaring di Kasur kamarnya dan masih memikirkan caranya dia kembali
kezamannya.
Kim Dae
Hwan: (Menghela nafas)
Kim Dae
Hwan: “Masalah kerajaan sudah selesai. Bagaimana dengan masalahku.”
Kim Dae
Hwan: (Menguap)
Kim Dae
Hwan: “Aku merasa ngantuk sekali aku ingin tidur saja.”
Kim Dae
Hwan: (Tertidur)
Park Soo:
(Membuka pintu)
Park Soo:
“Selamat malam ratu! Ini makanan....” (Melihat ratu)
Park Soo:
“Aduh maaf mengganggu tidurmu ratu. Selamat tidur ratu...”
Park Soo:
(Menutup pintu)
Babak X
Pagi hari
tiba, matahari menyinari Arnold yang sedang tertidur di kasur rumah sakit. Arnold
pun terbangun dari tidurnya. Anehnya, dia berada di kasur rumah sakit.
Seingatnya dia masih berada di Dinasti Joseon. Disamping Arnold ada Ibunya yang
sedang memandangi dia.
Arnold:
(Terbangun)
Ibu Arnold:
“Nak! Akhirnya kau bangun juga.”
Arnold:
“Ibu? Apa yang terjadi denganku? Aku memimpikan bahwa aku hidup di zaman Joseon”
Arnold:
“Mimpi yang aneh, dan dimimpi itu entah mengapa aku menjadi ratunya!”
Ibu Arnold: “Kau
tidak apa-apa nak? Ibu menemukanmu tergeletak dilantai dengan buku ditanganmu.
Kamu tidak bangun selama 3 hari.”
Arnold: “Ah
begitu. Aku baik-baik saja bu”
Arnold: “Bu,
Aku sangat lapar. Aku ingin makan sesuatu. Aku merindukan masakan rumah”
Ibu Arnold:
“Ini ibu siapkan sup jagung dan ayam goreng untukmu!”
Arnold:
“Apa!”
Pada akhirnya
Arnold bisa kembali ke zamannya dengan aman. Kini dia bersyukur karena telah
memiliki pekerjaan sebagai hakim di mahkamah agung, karena dengan itu dia bisa
selamat dari sebuah jebakan yang mematikan.
-Tamat-
Mengolah Buah-Buahan Segar menjadi Salad Buah
Pada kelas 7, kita mempelajari cara membudidaya dan mengolah buah-buahan segar. Di sini kami ditugaskan untuk membuat salah satu olahan buah-buahan segar, dan saya memilih untuk membuat salad buah. Perhatikan video berikut sebagai sarana penugasan pada masa pandemi.
Pada kelas 7, kita mempelajari cara membudidaya dan mengolah buah-buahan segar. Di sini kami ditugaskan untuk membuat salah satu olahan buah-buahan segar, dan saya memilih untuk membuat salad buah. Perhatikan video berikut sebagai sarana penugasan pada masa pandemi.
No comments:
Post a Comment